Rabu, 01 Desember 2010

ANALISIS PERCAKAPAN

Analisis Percakapan
by Diana Melisa Dewi

Analisis percakapan bisa dilakukan pada wacana atau percakapan yang dibangun oleh kerjasama antara penutur dan petutur yang sifatnya informal dan tidak direncanakan. Ada tiga hal yang bisa dianalisis dalam sebuah percakapan menurut ilmu pragmatik, yaitu:
1. Giliran Berbicara (turn taking)
Giliran berbicara adalah waktu dimana penutur kedua mengambil alih giliran berbicara dari penutur sebelumnya, dan juga sebaliknya.
Strategi interaksi dalam turn taking ada tiga jenis, yaitu:
• Taking the floor yaitu waktu dimana penutur pertama atau penutur selanjutnya mengambil alih giliran bicara. Jenis-jenis taking the floor antara lain:
- Starting up (mengawali pembicaraan) bisa dilakukan dengan keragu-raguan (hesitant start) atau ujaran yang jelas (clean start).
- Taking over yaitu mengambil alih giliran berbicara (bisa diawali dengan konjungsi).
- Interupsi, yaitu mengambil alih giliran berbicara karena penutur yang akan mengambil alhih giliran bicara merasa bahwa pesan yang perlu disampaikan oleh penutur sebelumnya sudah cukup sehingga giliranbicara diambil alih oleh penutur selanjutnya. Lambang transkripnya (//)
- Overlap, yaitu penutur selanjutnya memprediksi bahwa penutur sebelumnya akan segera memberikan giliran berbicara kepada penutur selanjutnya, maka ia mengambil alih giliran berbicara.
Lambang transkripnya (=).
• Holding the floor, yaitu waktu dimana penutur sedang mengujarkan ujaran-ujaran, serta bagaimana penutur mempertahankan giliran berbicaranya.
• Yielding the floor yaitu waktu dimana penutur memberikan giliran berbicara kepada penutur selanjutnya.
Contoh turn taking:
Daughter: No fear I should say =
Mother: = Well, do it somewhere else. I mean look there’s plenty of other places to put it. How about here? // I like it like that.
Daughter: // Uhm it’s OK. Oh God you don’t- First of all you don’t score so much, and secondly you only get rid of two letters // and you make your chances of picking up.
Mother: // uhm
Pada percakapan teratas terlihat bahwa jenis turn-taking yang sering digunakan oleh partisipan adalah interrupting.




2. Pasangan berdampingan (adjacency pairs).
Dalam analisis percakapan terdapat hubungan antara ujaran yang satu dengan ujaran yang lainnya. Ujaran beserta responnya tersebut memiliki tata urutan otomatis yang disebut dengan pasangan berdampingan (adjacency pairs). Sehingga munculah dua istilah yaitu preferred response (respon yang diberikan petutur sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penutur) dan dispreferred response (respon yang diberkan petutur tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penutur).
Contoh preferred response:
Daughter: You’ve packed away most of it all the same.
Mother: No, but I kept hoping it would get better.
Pada potongan percakapan diatas seorang anak mengujarkan bahwa dia bosan pada suatu hal, kemudian ibunya memberikan respon yang diharapkan oleh anaknya yaitu akan membuatnya lebih baik lagi.

Contoh dispreferred response:
Daughter: I mean you could do so much better than that if only you’d ….
Mother: Yeah, I’m busy eating as a matter of fact.
Dalam potongan percakapan diatas daughter memberikan saran kepada ibunya, tetapi ibunya tidak menerima maupun menolak saran tersebut,sehingga respon yang diberikan ibunya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anaknya.

3. Sequences
• Pre-sequences, yaitu ujaran-ujaran pembuka yang mengawali ujaran-ujaran selanjutnya sebelum masuk ke topik atau maksud yang sebenaranya.
Contoh:
A: Did you know that the newest film of Harry potter has been released lately?
D: Yeah.
A: Do you want to go and see it on Wednesday?
D: Surely.
Pada percakapan diatas ujaran A yang pertama merupakan pre-sequences yaitu pre-invitation, karena maksud pokok dari A dalam percakapan diatas adalah menagajak D untuk nonton film Harry Potter yang terbaru.
• Insertion sequences, yaitu ujaran-ujaran yang ada di tengah-tengah percakapan dan tidak ada hubungannya dengan topic atau ujaran sebelumnya.
Contoh:
A: Did you know that the newest film of Harry potter has been released lately?
D: There’s something wrong in my stomach lately, it’s hurt.
A: Let me accompany you to see a doctor so you can go to the movie watching Harry Potter with me next Wednesday.
D: OK.
Ujaran D yang pertama pada percakapan diatas merupakan insertion sequence karena tidak ada hubungannya dengan ujaran yang diujarkan oleh A sebelumnya.
• Opening dan closing sequences, yaitu ujaran pembuka dan ujaran penutup dari sebuah percakapan.
Contoh opening sequence:
A: Hi B, how are you?
B: Awesome, so how’s life?
A: I’m just feeling lil’ blue lately.
Ujaran A yang pertama merupakan opening sequence.
Contoh closing sequence:
A: I think I gotta go now, I have another promise.
B: Ok, see you latter A.
Ujaran B merupakan closing sequence.


Interactional Sociolinguistics
Dalam analisis percakapan dikenal pula istilah Interactional sociolinguistic. Interactional sociolingustic fokus pada fakta bahwa setiap kelompok sosial memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan makna dari suatu bahasa. Gumperz (1982) berpendapat bahwa language relates to context through ‘contextualization language’. Interactional sociolinguistic meliputi tata bahasa (grammar), struktur sosial, dan pola budaya diantara partisipan dalam sebuah percakapan.
Dalam percakapan halaman 66-67 ketika ibu mengatakan ‘Actually you probably wouldn’t have enjoyed it here’ menggunakan exophoric reference dengan personal pronoun ‘it’ dan demonstrative adverb ‘here’. Pembaca tidak mengetahui referent dari kata tersebut, hanya penutur dan petutur yang mengetahui hal tersebut karena mereka memiliki intertextual knowledge yang sama.





References:
• Yule, George, diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni: Pragmatik. Pustaka Pelajar. 2006.
• Leech, Geofrey: Prinsip-Prinsip Pragmatik. Universitas Indonesia.
• Cutting, Joan: Pragmatics and Discourse. Routledge. 2002.
• http://smartilicious.blogspot.com/2007/11/pragmatik.html downloaded on Tuesday, November 30, 2010

SPEECH ACTS (TINDAK TUTUR) by DIANA MELISA DEWI


Penggunaan Speech Acts (Tindak Tutur)
 by Diana Melisa Dewi
Speech Acts (Tindak Tutur)
            Sebuah ujaran tidak hanya memiliki makna eksplisit saja tetapi juga makna implisit. Makna implisit dapat diketahui dari tindakan yang dilakukan seseorang ketika ia berbicara (kemudian disebut dengan tindak tutur). Dari situlah muncul teori tentang tindak tutur.
            Austin (1962) menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan yang muncul saat mengujarkan sesuatu. Austin membedakan analisis tindak tutur kedalam tiga bagian:
1.      Tindak tutur lokusi, yaitu tindakan mengucapkan sesuatu dengan kata atau kalimat sesuai makna yang terdapat di dalam kamus serta sesuai dengan kaidah sintaksisnya.
Contoh:
Boss:               Under cover? This isn’t your private army. Is she OK?
Dalziel:            She’s good. In fact she spent half her childhood on a horse.
Pada ujaran diatas terdapat beberapa lokusi, yaitu Under cover? This isn’t your private army. Is she OK? (dari ujaran Boss). Bentuk kalimatnya terdiri dari dua kalimat tanya dan satu kalimat negatif.
Lokusi dari ujaran Dalziel adalah She’s good. In fact she spent half her childhood on a horse. Bentuknya adalah kalimat positif.
2.      Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan.
Contoh:
·         Boss: This isn’t your private army.
Pada ujaran diatas terdapat tindak ilokusi atau penekanan  ilokusi yaitu penutur melarang petutur untuk memerintahkan seseorang melakukan sesuatu untuk kepentingan pribadi si petutur.
3.      Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.
Contoh:
Dalziel: I’m telling you to go by the book.
Pada ujaran di atas terdapat tindak perlokusi yaitu penutur memerintahkan petutur untuk bekerja sesuai dengan aturan yang ada.

            Searle (1969:21) menyatakan bahwa tindak tutur adalah bagian paling dasar dari komunikasi. Pada tahun 1976 Searle mengklasifikasikan tindak tutur kedalam lima bagian, yaitu:
  1. Deklaratif, yaitu jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Ujaran deklaratif diujarkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dsb) yang baru.
Contoh:
·         Priest: I now pronounce you husband and wife.
·         Boss: I’m telling you to go by the book.
Dalam konteks percakapan halaman 63-64, ujaran boss diatas merupakan kalimat deklaratif karena ia memberikan perintah kepada petutur dan diperjelas dengan klausa I’m telling you.
  1. Representatif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Ujaran yang dapat digolongkan ke dalam tindak tutur representatif adalah pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, serta pendeskripsian. Pada saat menggunakan tindak tutur representatif, penutur mencocokkan ujaran yang ia ujarkan dengan kepercayaannya atau dengan fakta yang ada.
·         Contoh: The earth is round.
·         Boss: This isn’t your private army.
Pada kalimat di atas Daziel bertindak sebagai penutur yang mendeskripsikan seseorang yang bekerja untuk Dalziel (dalam konteks percakapan halaman 63-64).
  1. Ekspresif, yaitu jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur jenis ini mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Pada saat menggunakan tindak tutur ekspresif penutur menghubungkan ujaran dengan peraaannya.
Contoh: I’m really sorry.
  1. Direktif, adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh oenutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dll.
·         Contoh: Don’t touch that!
·         Boss: “How do I know you’re lying to me, Andy?”
Dalam konteks percakapan halaman 63-64, ujaran Boss diatas termasuk ke dalam direktif karena terdapat makna implisit yaitu melarang petutur untuk berbohong kepada penutur.
  1. Komisif, yaitu jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan dating.
Contoh: I’m going to get it right next time.
Tindak tutur juga dibedakan menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Penggunaan tuturan secara konvensional menandai kelangsungan suatu tindak tutur langsung. Tuturan deklaratif, tuturan interogatif, dan tuturan imperatif secara konvensional dituturkan untuk menyatakan suatu informasi, menanyakan sesuatu, dan memerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kesesuaian antara modus dan fungsinya secara konvensional inilah yang yang merupakan tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tututan deklaratif digunakan untuk bertanya atau memerintah –atau tuturan yang bermodus lain yang digunakan secara tidak konvensional, tuturan itu merupakan tindak tutur tidak langsung.
Contoh tindak tutur langsung: Please open the window for me!
Contoh tindak tutur tidak langsung: I think the air is very hot in this room.

Kondisi Felisitas
            Tindak tutur akan dikatakan berhasil dilakukan apabila mengacu pada beberapa kondisi yang disebut dengan kondisi felisitas, yaitu:
  1. Model Austin: Konteks dan peran partisipan harus diketahui oleh semua pihak, tindak tuturnya harus bisa diselesaikan seluruhnya, semua partisipan harus mempunyai maksud yang baik.
  2. Model Searle: Kondisi umum untuk tindak tutur antara lain yaitu penutur harus mendengarkan dan mengerti akan ucapan-ucapan dan bahasa yang digunakan, serta penutur tidak boleh berpura-pura.
  3. Model declaration dan directives: Penutur harus meyakini bahwa apa yang diucapkan harus benar-benar bisa dilaksanakan, penutur menuturkan ujaran berdasarkan minat petutur, serta tidak merasa terpaksa dalam untuk melakukan sesuatu.
Contoh: Dalam suatu persidangan, hakim mengatakan I sentence you six months in prison kepada terdakwa. Pada ujaran tersebut, semua pihak yang terlibat (petutur dan penutur) dalam hal ini sudah sama-sama mengetahui konteks yang ada. Penutur yakin bahwa petutur (terdakwa) akan melakukan apa yang dikatakan penutur.
Fungsi Makro Bahasa
Brown dan Yule (1983) mengklasifikasikan bahasa ke dalam dua fungsi makro:
  1. Fungsi transaksi: Bahasa berfungsi sebagai alat untuk bertukar informasi antar penggunanya.
  2. Fungsi interaksi: Bahasa berfungi sebagai alat untuk mengekspresikan hubungan social dan sikap masing-masing individu, menunjukkan solidaritas dan memelihara hubungan sosial diantara penggunanya.



References:
·         Yule, George, diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni: Pragmatik. Pustaka Pelajar. 2006.
·         Leech, Geofrey: Prinsip-Prinsip Pragmatik. Universitas Indonesia.
·         Cutting, Joan: Pragmatics and Discourse. Routledge. 2002.
·         http://smartilicious.blogspot.com/2007/11/pragmatik.html downloaded on Tuesday, November 30, 2010

PRINSIP KESOPANAN

Prinsip Kesopanan
Dalam pragmatik kesopanan bukan bearti suatu tindakan seperti membiarkan orang terlebih dahulu melewati pintu,namun, menurut Yule, kesopanan dalam suatu interakasi dapat didefenisikan sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain. Wajah disini merupakan wujud pribadi seseorang dalam masyarakat. Menurut Brown dan Levinson (1987), suatu tindak tutur pengujar berpotensi menghasilkan Face-Threatening Act (FTA) (tindakan mengancam wajah). FTA adalah suatu ancaman bagi setiap wajah seseorang dan wajahnya sendiri, dengan membuat suatu pertanyaan, saran, dengan mengkritiknya, menyarankan atau mengungkapkan kesalahan, terima kasih dan sebagainya.
FTA digunakan dalam kesopanan negatif dan kesopanan positif. Kesopanan negatif adalah suatu ujaran untuk mengharagai wajah negatif lawan tutur. Yang dimaksud wajah negatif disini adalah suatu keinginan seseorang untuk merasa bebas untuk melakukan atau tidak melakukan dan tidak dipaksa untuk melakukan sesuatu. Sedangkan kesopanan positif merupakan suatu ujaran untuk menghargai wajah positif lawan tutur, yaitu keinginan untuk diterima oleh orang lain dan diperlakukan sebagai bagian dari suatu kelompok. Dengan kata lain kesopanan negatif merupakan ujaran yang menunjukkan rasa hormat dan kesopanan negatif merupakkan ujaran untuk menunjukkan rasa kesetia-kawanan.
Namun FTA juga dapat dihindari dengan cara tidak mengujarkan apapun. Contohnya, ketika anda sedang mengerjakan soal didalam kelas dan mengalami kesulitan dalam mengerjakanya. Anda ingin seseorang membantu anda, anda dapat menunjukan bahwa anda sedang mengalami kesulitan dengan menggeleng-gelengkan kepala, menggaruk kepala, atau menghela nafas. Mungkin seseorang akan menyadari bahwa anda sedang membutuhkan bantuan dan akan mewarkan bantuan kepada anda.

II.1 Off Record
            Off record disini bearti mengatakan sesuatu dengan menggunakan ujaran tidak langsung. Ujaran tidak langsung, menurut Searle, adalah suatu ujaran yang memiliki bentuk dan fungsi yang tidak saling berkaitan. Penggunaan off record juga melanggar prinsip kerjasama Grice atau disebut juga floating the maxims. Pelanggaran maksim kuantitas terjadi ketika penutur memberikan informasi yang tidak sesuai dengan apa yang diujarkanya (tidak informatif). Contohnya dalam situasi yang sama seperti diatas penutur mengatakan, “I wish I could answer this question”. Penggunaan ujaran tidak langsung dan floating the maxim memungkinkan penutur untuk meminta, mengundang, memberi saran atau menawarkan sesuatu tanpa merujuk ke petutur yang spesifik. Demikian juga petutur dapat bebas untuk menanggapi atau tidak apa yang dimaksudkan oleh penutur.
            Selain floating kuantitas, penutur juga dapat melakukan floating hubungan dengan tidak langsung memberi petunjuk, contohnya “Interesting book. Pity I don’t have 30 on me”, atau floating kualitas dengan berpura-pura menanyakan pertanyaan, contohnya “why does no one ever throw out the rubbish in this house?”, atau floating cara dengan mengaburkan dan mengabigukan inti dari ujaran, contohnya “looks like someone had a good time last night.”

II.2 On Record-Baldly
            Bald on record terjadi ketika penutur mengujarkan sesuatu secara langsung dan terang-terangan. Hal ini disebabkan oleh situasi yang mengaharuskan ujaran itu segera dikatakan, contohnya “Help!” atau “Watch out!” atau karena kedekatan jarak antara penutur dan petutur, contohnya “sit down.” Atau “Give that to me”.

II.3 On record dengan Kesopanan Negatif
            Kesopanan negatif ditujukan kepada wajah negatif dengan memperhatikan jarak antar penutur dan petutur dan menghindari terganggunya privasi penutur dan petutur. Penutur menggunakan kesopanan negatif untuk menghormati petutur dan memberi kebabasan kepada petutur. Petutur dapat menggunakan kata maaf dan menujukkan keraguan dalam ujaranya, membuat pertanyaan yang memudahkan petutur untuk mengatakan tidak, atau berpikiran pesimis, contohnya “Sorry to brother you. I couldn’t borrow 30, could I, if you dont need it right now?” Dengan demikian petutur dapat menolak keinginan penutur tanpa kehilangan wajahnya. Semakin besar kesempatan petutur untuk dapat mengatakan tidak, semakin sopan ujaran tersebut.
            Petutur dapat membuat sesuatu yang diinginkanya untuk dilakukan oleh petutur terliha lebih ringan dari yang sebenarnya atau dengan menabahkan “if possible”, “sort of”, atau “in a way”, contohnya “I sort of think that Frank is a bit of a  mean person.” Penutur juga dapat menggunakan pra-urutan (pre-sequences) yaitu pre-invitation, contohnya:
A         You know that French film that’s on in the Odeon?
B         Yes?
A         Do you want to go and see it tonight?
B         Yeah, why not?

II.3 On record dengan Kesopanan Positif
Kesopanan positif ditujukan kepada wajah postif dengan menunjukan kedekatan dan solidaritas, keakraban, membuat orang lain merasa baik, dan menekankan bahwa penutur dan petutur memiliki tujuan yang sama. Penutur dalam ujaranya dapat menggunakan sesuatu yang disukai, diinginkan dan dibutuhkan oleh petutur, contohnya “I know you hate parties, Jen, but come anyway. We’ll all be be there, and it’ll be cool seeing John is with Lidya! Come on – get a life!”
Petutur juga bisa menunjukkan bahwa penutur dan petutur salaing bekerja sama, dengan menawarkan, menjanjikan, dan berasumsi memiliki hubungan timbal balik, contohnya “I will always do what you ask, but I’ll never stop loving you. And if you need me, I’ll always be there.”


Maksim Kesopanan
            Maksim kesopanan terdiri dari enam macam yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), kedermawanan (generosity maxim), pujian (approbation maxim), kerendah-hatian (modesty maxim), kesetujuan (agreement maxim), dan simpati (symphaty maxim).
            Maksim kebijaksanaan fokus kepada petutur, penutur mengatakan ujaran yang meminimalisasikan kerugian petutur dan memaksimalkan keuntungan petutur. Hal ini sama seperti menggunakan kesopanan negatif dan kesopanan positif, contohnya “Could I interrupt you for a half second – what was the website address?”
            Maksim kedermawanan fokus kepada penutur, penutur mengatakan ujaran yang meminimalisasi keuntungan untuk dirinya dan memaksimalisasi kerugian untuk dirinya, contohnya “So I’m going to, er, at considerable risk er to myself, try to...” (lines 10-11)
            Maksim pujian yaitu meminimalisasi merendahkan petutur dan memaksimalisasi pujian kepada petutur. Maksim ini sama seperti strategi kesopanan yang menghindari ketidak-setujuan dan kesopanan positif yang menunjukan solidaritas, contoh “Mark, you are very efficient and make notes of everything – you must have a copy of that website address we were given today.”
            Maksim kerendah-hatian yaitu meminimalisasi pujian kepada pentur dan memaksimalisasi merendahkan penutur, contohnya “I thought what I should try to talk to you about today is...” (line 4)
            Maksim kesetujuan yaitu meminimalisasi ketidak-setujuan petutur dan penutur dan memaksimalisasi kesetujuan petutur dan penutur, contoh “as you will see” (line 6) and “I think you’ll agree” (line 32).
            Maksim simpati yaitu meminimalisasi antipati antara penutur dan petutur dan memaksimalisasi simpati antar penutur dan petutur, contohnya “I was sorry to hear about your father.”


Resources:
Cutting, Joan. (2002) Pragmatics and Discourse,Routledge.
Yule, George. (1996) Pragmatics, Oxford: Oxford University Press.
Internet:
http://www.scribd.com/doc/14548085/pragmatik diakses pada 30 november 2010



PRINSIP KERJASAMA DAN TEORI RELEVANSI


Prinsip Kerjasama
Dalam percakapan, penutur dan petutur harus saling bekerjasama agar percakapan tersebut tetap berlangsung. Prinsip kerjasama terjadi ketika penutur dan petutur berbicara jujur, pembicaraan berada dalam topik yang sama, dan ujaranya tidak ambigu. Terdapat empat jenis maksim dalam prinsip kerjasama, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim hubungan, dan maksim cara.

I.1 Observing the Maxims
Observing the maxims adalah suatu kondisi dimana penutur dan petutur mematuhi aturan maksim.
1.         Maksim Kuantitas
Penutur dikatakan mematuhi maksim kuantitas apabila memberikan informasi yang dibutuhkan dengan tidak berlebihan atau kurang, contohnya “Well, to cut a long story short, she didn’t get home till two.”
2.         Maksim Kualitas
Maksim kualitas bearti penutur berbicara jujur dan sesuai dengan kenyataan, contohnya:
A         I’ll ring you tomorrow afternoon then.
B         Erm, I shall be there as far as I know, and in the meantime have a word with Mum and Dad if they’re free. Right, bye-bye then sweetheart.
A         Bye-bye, bye.
Dengan mengatakan “as far as I know” penutur terlindungi jika dia tidak berada ditempat ketika A menelpon. Dengan demikian B tidak bisa dikatakan berbohong.
3.         Maksim Hubungan
Dalam maksim hubungan, segala yang diucapkan harus memiliki relevansi dengan ujaran yang diucapkan sebelumnya, contohnya:
A         There’s somebody at the door
B         I’m in the bath.
4.         Maksim Cara
Seseorang dikatakan telah mengikuti aturan maksim cara bila ia berbicara ringkas dan efisien dan menghindari ketidak-jelasan dan ambiguitas, contohnya:
Thank you chairman. Jus – just to clarify one point. There is a meeting on the police committe on Monday and there is an item on their budget for the provision of their camera.

I.2 Flouting the Maxims
Ketika aturan maksim tidak dipatuhi demi menjaga citra lawan tutur, kondisi ini disebut flouting the maxims.
1.    Flouting quantity
Flouting quantity terjadi ketika penutur memberi informasi yang berlebihan atau tidak memberikan informasi yang cukup, contohnya:
A         Well, how do I look?
B         Your shoes are nice...
2.    Flouting quality
Floating quality terjadi ketika penutur tidak mengatakan ujaran yang sesuai dengan apa yang dia maksud. Ini juga dapat diungkapkan melalui majas. Penutur dapat membesar-besarkan maksud dari ujaranya dengan menggunakan majas hiperbola, contohny “I could eat a whole horse.”
                        Selain hiperbola, majas lain yang bisa digunakan adalah metafora, ironi dan banter.
3.    Flouting relation
Flouting relation terjadi ketika penutur berharap petutur dapat membayangkan ujaran yang tidak diujarkan dan menyambungkanya dengan ujaran yang diujarkan, contohnya:
A         So what do you think of Mark?
B         His flatmate’s a wonderful cook.
4.    Flouting manner
Flouting manner terjadi ketika petutur menutupi sesuatu dengan mengatakanya tidak jelas atau dengan ambigu. Hal ini terjadi agar orang ketiga tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Contohnya:
A         Where are you off to?
B          I was thinking of going out to get some of that funny white stuff for sombody.
A         OK, but don’t be long – dinner’s nearly ready.


I.3 Violating the Maxims
Menurut Cutting (2002:40), apabila seseorang melanggar maksim dengan tujuan agar lawan bicaranya tidak dapat memahami apa yang diutarakan, artinya ia telah melakukan violating the maxims. Penutur dengan sengaja tidak mengungkapkan yang sebenarnya atau sengaja menutupi kebenaran. Penutur, biasanya, memang tidak mengharapkan lawan bicaranya mengetahui apa yang sebenarnya ingin disampaikan.
  1. Violates the maxim of quantity
Seseorang dikatakan violates the maxim of quantity jika ia tidak memberikan informasi yang mencukupi tentang suatu topik perbincangan. Contohnya:
A  Does your dog bite?
B  No.
A (Bends down to stroke it and gets bitten) Ow! You said your dog doesn’t bite!
B That isn’t my dog.
  1. Violated the maxim of quality
Apabila seorang penutur berbicara dengan tidak jujur dan memberikan informasi yang salah, artinya orang tersebut telah violated the maxim of quality. Contohnya:
A  How much did that new dress cost, darling?
B  Thirty-five pounds
B bisa saja berbohong dengan mengatakan harga baju tersebut adalah 35 pounds.
  1. Violated the maxim of relation
Penutur melakukan violated the maxim of relation, ketika ia mengalihkan perhatihan petutur dan segera mengganti topic pembicaraan.
A  How much did that new dress cost, darling?
B  I know, let’s go out tonight. Now, where would you like to go?

  1. Violated the maxim of manner
penutur melakukan violated the maxim of manner, terjadi bila penutur mengatakan hal lain yang tidak ingin diketahui penutur. Contohnya:
A  What would the other people say?
B  Ah well I don’t know. I wouldn’t like to repeat it because I don’t really believe half of what they are saying. They just get a fixed thing into their mind.
  
Relevance Theory

Menurut Spereber dan Wilson, implikatur percakapan dengan mudah dimengerti ole petutur dengan memilih bagian-bagian yang berhubungan dengan konteks, dan menyadari apa yang dikatakan oleh penutur berhubungan dengan percakapan yang sedang terjadi.
Tingkat relevansi ditentukan oleh efek kontekstual (contextual effects) dan usaha pengolahan (processing effort). Efek kontekstual yaitu menambahkan informasi baru, menguatkan atau menyanggah sebuah asumsi, atau melemahkan informasi terdahulu. Lebih besar efek kontekstualnya maka lebih kuat hubungan ujaran dengan kenyataan. Hal ini berbanding terbalik dengan usaha pengolahan. Lebih sedikit usaha pengolahan yang dilakukan maka lebih kuat hubungan ujaranya dengan kenyataan. Contohnya:



A         Well there’s a shuttle service sixty pounds one way. When do you want to go?
B         At the weekend.
A         What weekend?
B          Next weekend. How does it work? You just turn up for the shuttle service?
A         That might be cheaper. Then that’s fifty.


Resouces:
Cutting, Joan. (2002) Pragmatics and Discourse,Routledge.
Yule, George. (1996) Pragmatics, Oxford: Oxford University Press.
Internet:
http://www.scribd.com/doc/14548085/pragmatik diakses pada 30 november 2010