Jumat, 16 Juli 2010

KOTAK PASIR

Di tengah, ada sebuah kotak pasir berukuran 3x3 m. Di dalamnya terisi ember-ember berbentuk kastil, sekop kecil dan mainan-mainan anak kecil yang berceceran.
Di bagian lain, tepatnya dibagian pojok kanan belakang, ada sebuah bangku kayu panjang yang menyenangkan jika diduduki oleh dua orang atau cukup diduki oleh tiga orang.
Aurel, seorang anak berumur 2 tahun, sedang bermain di kotak pasir bersama temannya. Diperhatikan (sedikit) oleh ibu-ibu mereka yang duduk di bangku.
Dibangku tersebut duduk tiga orang wanita muda, terlalu muda untuk mempunyai seorang anak yang berumur 2 tahun. Dua diantaranya merupakan ibu Aurel dan ibu temanya. Mereka bertiga sedang berbincang-bincang.
Aurel dan temanya sedang bermain pedang-pedangan. Walaupun belum lancar berbicara tapi mereka mengerti apa yang mereka bicarakan. Mereka menirukan tokoh pahlawan dari acara televisi yang mereka tonton.
Awalnya mereka saling memukulkan pedang mereka, namun akhirnya mereka memukul ke arah kepala. Aurel memukul kepala temannya dengan keras, tepat di kepalanya. Temannya jatuh dengan kepala berdarah dan menangis. Aurel pun bersorak senang.
Ibu temannya aurel datang menghampiri, melihat keaadaan anaknya dan berbicara kepada Aurel. Aurel tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh orang tersebut. Wanita itu pun pergi meninggalkan tempat tersebut.
Aurel bermain sendiri. Dia mengambil sebuah ember, memasukan pasir, membalikan ember tersebut, dan mengangkatnya dengan cepat. Dia memasukan pasir ke ember, membalikan ember tersebut, dan mengangkatnya perlahan. Dia memasukan pasir ke ember, membalikan ember tersebut, dan mengangkatnya dengan cepat. Kesal, dia memasukan pasir ke ember, memukul-mukul pasir di dalam ember tersebut, membalikan ember tersebut dan pergi mengambil sekop.
Aurel mengumpulkan pasir menggunakan sekop, membentuknya menjadi gunung dan memukul-mukulnya. Dia melepaskan sekop yang dipegangnya, memasukan tanganya ke dalam gunung tersebut sampai tanganya keluar sisi lain dari gunung itu. Dia mengeluarkan tanganya, menunduk dan melihat ke dalam lubang yang telah ia buat.
Dia mengambil mobil-mobilanya sambil menirukan suara mobil, menjalankan mobilnya masuk ke dalam lubang yang dia buat dan mengambilnya dari sisi lubang yang lain. Dia menjalankan mobilnya naik ke atas gunung yang ia buat, memasukan ke dalam lubang dan mengambilnya dari sisi lubang yang lain. Dia menjalankan mobilnya dari bawah gunung, naik ke puncak gunung dan terbang, menjalankan mobilnya di udara kemudian masuk ke dalam lubang.
Seseorang membuang rokoknya yang masih menyala didekat kotak pasir. Aurel datang dan mengambil rokok itu, menaruhnya di bibirnya dan membuangnya. Dia kembali ke kotak pasir, mengambil pasir dengan tanganya, dan memakanya. Dia mengunyah pasir didalam mulutnya, merasakannya dan kemudian memuntahkanya. Dia mengambil bola dan melemparkanya keluar kotak pasir.
Ibunya melambaikan tanganya kepada teman kepada temanya yang hendak pergi. Dia melihat ke anaknya yang sedang berada di kotak pasir dan berjalan menghampirinya.
Aurel mendekati ember yang tadi ia balikkan dan mengangkatnya. Dia tersenyum dan mengisi kembali ember tersebut dengan pasir. Ibunya datang menghampirinya dan mengisaratkan dia untuk datang dan pulang ke rumah.
Aurel menolak dan merengek. Ibunya tetap memaksa. Aurel mengambil pedang mainanya dan menghampiri ibunya. Ibunya duduk untuk menggendong Aurel. Aurel mengibaskan pedangnya berkali-kali kepada ibunya. Ibunya berdiri marah dan berteriak-teriak, kemudian mengangkat leher Aurel. Aurel diam, mukanya mulai pucat, lidahnya terjulur keluar dan matanya terpejam.

3 komentar: