Rabu, 01 Desember 2010

SPEECH ACTS (TINDAK TUTUR) by DIANA MELISA DEWI


Penggunaan Speech Acts (Tindak Tutur)
 by Diana Melisa Dewi
Speech Acts (Tindak Tutur)
            Sebuah ujaran tidak hanya memiliki makna eksplisit saja tetapi juga makna implisit. Makna implisit dapat diketahui dari tindakan yang dilakukan seseorang ketika ia berbicara (kemudian disebut dengan tindak tutur). Dari situlah muncul teori tentang tindak tutur.
            Austin (1962) menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan yang muncul saat mengujarkan sesuatu. Austin membedakan analisis tindak tutur kedalam tiga bagian:
1.      Tindak tutur lokusi, yaitu tindakan mengucapkan sesuatu dengan kata atau kalimat sesuai makna yang terdapat di dalam kamus serta sesuai dengan kaidah sintaksisnya.
Contoh:
Boss:               Under cover? This isn’t your private army. Is she OK?
Dalziel:            She’s good. In fact she spent half her childhood on a horse.
Pada ujaran diatas terdapat beberapa lokusi, yaitu Under cover? This isn’t your private army. Is she OK? (dari ujaran Boss). Bentuk kalimatnya terdiri dari dua kalimat tanya dan satu kalimat negatif.
Lokusi dari ujaran Dalziel adalah She’s good. In fact she spent half her childhood on a horse. Bentuknya adalah kalimat positif.
2.      Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan.
Contoh:
·         Boss: This isn’t your private army.
Pada ujaran diatas terdapat tindak ilokusi atau penekanan  ilokusi yaitu penutur melarang petutur untuk memerintahkan seseorang melakukan sesuatu untuk kepentingan pribadi si petutur.
3.      Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.
Contoh:
Dalziel: I’m telling you to go by the book.
Pada ujaran di atas terdapat tindak perlokusi yaitu penutur memerintahkan petutur untuk bekerja sesuai dengan aturan yang ada.

            Searle (1969:21) menyatakan bahwa tindak tutur adalah bagian paling dasar dari komunikasi. Pada tahun 1976 Searle mengklasifikasikan tindak tutur kedalam lima bagian, yaitu:
  1. Deklaratif, yaitu jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Ujaran deklaratif diujarkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dsb) yang baru.
Contoh:
·         Priest: I now pronounce you husband and wife.
·         Boss: I’m telling you to go by the book.
Dalam konteks percakapan halaman 63-64, ujaran boss diatas merupakan kalimat deklaratif karena ia memberikan perintah kepada petutur dan diperjelas dengan klausa I’m telling you.
  1. Representatif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Ujaran yang dapat digolongkan ke dalam tindak tutur representatif adalah pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, serta pendeskripsian. Pada saat menggunakan tindak tutur representatif, penutur mencocokkan ujaran yang ia ujarkan dengan kepercayaannya atau dengan fakta yang ada.
·         Contoh: The earth is round.
·         Boss: This isn’t your private army.
Pada kalimat di atas Daziel bertindak sebagai penutur yang mendeskripsikan seseorang yang bekerja untuk Dalziel (dalam konteks percakapan halaman 63-64).
  1. Ekspresif, yaitu jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur jenis ini mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Pada saat menggunakan tindak tutur ekspresif penutur menghubungkan ujaran dengan peraaannya.
Contoh: I’m really sorry.
  1. Direktif, adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh oenutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dll.
·         Contoh: Don’t touch that!
·         Boss: “How do I know you’re lying to me, Andy?”
Dalam konteks percakapan halaman 63-64, ujaran Boss diatas termasuk ke dalam direktif karena terdapat makna implisit yaitu melarang petutur untuk berbohong kepada penutur.
  1. Komisif, yaitu jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan dating.
Contoh: I’m going to get it right next time.
Tindak tutur juga dibedakan menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Penggunaan tuturan secara konvensional menandai kelangsungan suatu tindak tutur langsung. Tuturan deklaratif, tuturan interogatif, dan tuturan imperatif secara konvensional dituturkan untuk menyatakan suatu informasi, menanyakan sesuatu, dan memerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kesesuaian antara modus dan fungsinya secara konvensional inilah yang yang merupakan tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tututan deklaratif digunakan untuk bertanya atau memerintah –atau tuturan yang bermodus lain yang digunakan secara tidak konvensional, tuturan itu merupakan tindak tutur tidak langsung.
Contoh tindak tutur langsung: Please open the window for me!
Contoh tindak tutur tidak langsung: I think the air is very hot in this room.

Kondisi Felisitas
            Tindak tutur akan dikatakan berhasil dilakukan apabila mengacu pada beberapa kondisi yang disebut dengan kondisi felisitas, yaitu:
  1. Model Austin: Konteks dan peran partisipan harus diketahui oleh semua pihak, tindak tuturnya harus bisa diselesaikan seluruhnya, semua partisipan harus mempunyai maksud yang baik.
  2. Model Searle: Kondisi umum untuk tindak tutur antara lain yaitu penutur harus mendengarkan dan mengerti akan ucapan-ucapan dan bahasa yang digunakan, serta penutur tidak boleh berpura-pura.
  3. Model declaration dan directives: Penutur harus meyakini bahwa apa yang diucapkan harus benar-benar bisa dilaksanakan, penutur menuturkan ujaran berdasarkan minat petutur, serta tidak merasa terpaksa dalam untuk melakukan sesuatu.
Contoh: Dalam suatu persidangan, hakim mengatakan I sentence you six months in prison kepada terdakwa. Pada ujaran tersebut, semua pihak yang terlibat (petutur dan penutur) dalam hal ini sudah sama-sama mengetahui konteks yang ada. Penutur yakin bahwa petutur (terdakwa) akan melakukan apa yang dikatakan penutur.
Fungsi Makro Bahasa
Brown dan Yule (1983) mengklasifikasikan bahasa ke dalam dua fungsi makro:
  1. Fungsi transaksi: Bahasa berfungsi sebagai alat untuk bertukar informasi antar penggunanya.
  2. Fungsi interaksi: Bahasa berfungi sebagai alat untuk mengekspresikan hubungan social dan sikap masing-masing individu, menunjukkan solidaritas dan memelihara hubungan sosial diantara penggunanya.



References:
·         Yule, George, diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni: Pragmatik. Pustaka Pelajar. 2006.
·         Leech, Geofrey: Prinsip-Prinsip Pragmatik. Universitas Indonesia.
·         Cutting, Joan: Pragmatics and Discourse. Routledge. 2002.
·         http://smartilicious.blogspot.com/2007/11/pragmatik.html downloaded on Tuesday, November 30, 2010

5 komentar: